Rangkuman Human Realition 9
Catetan by : Aldi Kurniawan
STRATEGI MENGHINDARI STRESS
Menurut McGrath dalam Weinberg dan Gould (2003 : 81), stress didefinisikan sebagai “a substantial imbalance between demand (physical and/or psychological) and response capability, under conditions where failure to meet that demand has importance consequences”. Artinya, stres akan muncul pada individu bila ada ketidakseimbangan atau kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhannya baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Belum tentu semua individu yang mengalami ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan tersebut akan menjadikannya stres. Suatu stimulus yang sama akan direspons secara berlainan oleh individu yang berbeda. Artinya, tidak semua stimulus akan direspons menjadi stres oleh semua individu. Hal itu dikarenakan adanya perbedaan setiap individu dalam mensikapi setiap situasi, kemampuan meredam stimulus, dan pengalaman hidupnya. Selain itu, tingkat kepekaan (sensitivitas) dan daya toleransi individu terhadap stimulus yang dapat menimbulkan stres juga ikut berpengaruh. Pada dasarnya setiap individu memiliki ambang rangsang terhadap stres yang berbeda-beda dalam setiap situasi. Suatu stimulus pada saat tertentu akan menimbulkan stres, tetapi pada situasi yang berbeda tidak menimbulkan stres.
Selain itu secara garis besar ada empat pandangan mengenai stres, yaitu : stres merupakan stimulus, stres merupakan respon, stres merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan, dan stres sebagai hubungan antara individu dengan stressor.
a) Stres Sebagai Stimulus
Menurut konsepsi ini stres merupakan stimulus yang ada dalam lingkungan (environment). Individu mengalami stres bila dirinya menjadi bagian dari lingkungan tersebut. Dalam konsep ini stres merupakan variable bebas sedangkan individu merupakan variabel terikat. Secara visual konsepsi ini dapat digambarkan sebagai berikut
Stress sebagai stimulus dapat dicontohkan: lingkungan sekitar yang penuh persaingan, misalnya di terminal dan stasiun kereta api menjelang lebaran. Mereka yang ada di lingkungan tersebut, baik itu calon penumpang, awak bus atau kereta api, para petugas, sulit untuk menghindar dari situasi yang menegangkan (stressor) tersebut. Hal serupa juga dapat diamati pada lingkungan di mana terjadi bencana alam atau musibah lainnya, misalnya banjir, gunung meletus, ledakan bom di tengah keramaian dan sebagainya.
b) Stres Sebagai Respon
Konsepsi kedua mengenai stres menyatakan bahwa stres merupakan respon atau reaksi individu terhadap stressor. Dalam konteks ini stres merupakan variable tergantung (dependen variable) sedangkan stressor merupakan variable bebas atau independent variable. Berdasarkan pandangan dari Sutherland dan Cooper, Bart Smet menyajikan konsepsi stres sebagai respon sebagai berikut
Respon individu terhadap stressor memiliki dua komponen, yaitu: komponen psikologis, misalnya terkejut, cemas, malu, panik, nerveus, dst. dan komponen fisiologis, misalnya denyut nadi menjadi lebih cepat, perut mual, mulut kering, banyak keluar keringat. Respon - respons psikologis dan fisiologis terhadap stressor disebut strain atau ketegangan.
d) Stres Sebagai Hubungan Antara Individu Dengan Stressor
Stres bukan hanya dapat terjadi karena faktor-faktor yang ada di lingkungan. Bahwa stressor juga bisa berupa faktor-faktor yang ada dalam diri individu, misalnya penyakit jasmani yang dideritanya, konflik internal, dst. Oleh sebab itu lebih tepat bila stres dipandang sebagai hubungan antara individu dengan stressor, baik stressor internal maupun eksternal. Menurut Maramis, stress dapat terjadi karena frustrasi, konflik, tekanan, dan krisis.
Konsep yang menyatakan bahwa stress merupakan hubungan antara individu dengan stressor dapat diperjelas dengan visualisasi dengan bagan berikut ini
Faktor Yang Mempengaruhi Stres
Sesuatu yang merupakan akibat pasti memiliki penyebab atau yang disebut stressor, begitupula dengan stress, seseorang bisa terkena stres karena menemui banyak masalah dalam kehidupannya. Seperti yang telah diungkapkan di atas, stres dipicu oleh stressor. Tentunya stressor tersebut berasal dari berbagai sumber. Beberapa ahli medis dan psikologi memberikan pernyataan penelitiannya berkaitan dengan penyebab stres, antara lain :
1. Faktor Biologis
Salah satu sudut pandang biologis adalah somatic weakness model. Model ini memiliki asumsi bahwa hubungan antara stres dan gangguan psikofisiologis terkait dengan lemahnya organ tubuh individu. Faktor biologis seperti misalnya genetik ataupun penyakit yang sebelumnya pernah diderita membuat suatu organ tertentu menjadi lebih lemah daripada organ lainnya, hingga akhirnya rentan dan mudah mengalami kerusakan ketika individu tersebut dalam kondisi tertekan dan tidak fit .
Selain itu faktor genetik fisik, seperti riwayat hidup, pola tidur, pola makan, kelelahan, penyakit yang sedang diderita dan bentuk postur tubuh. Orang yang mengalami insomnia, cenderung mengalami stress, mengingat jam istirahat yang minim berakibat mempengaruhi siklus kehidupan dan siklus hormon tubuh, Maka dokter seringkali memberikan rekomendasi bagi yang mengalami insomnia adalah diberikan obat tidur, dengan tujuan memiliki jam istirahat yang cukup.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis seperti negative thinking, sikap permusuhan, iri hati, dendam, frustrasi, kegagalan, kekecewaan, dan sejenisnya dapat menjadi stresor psikologis pada sebagian individu. stressor psikologis dapat juga meliputi faktor persepsi, perasaan dan emosi, situasi, pengalaman hidup, keputusan hidup dan perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Reski. 2020. Faktor Stres & Cara Mengatasi. Jakarta : Pustaka Taman Ilmu. Diakses melalui aplikasi iPusnas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Budi, Hengki Irawan Setia. 2020. Manajemen Konflik Mengelola Marah & Stres Secara Bijak. Yogyakarta : Deepublish. Diakses melalui aplikasi iPusnas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar